Posted by admin on Apr 26, 2010
Bursa Efek Jakarta

Bursa Efek Jakarta

IHSG Capai Titik Tertinggi dalam Sejarah

  • Total Transaksi Rp 1,99 Triliun

SEMARANG-Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan minggu pertama tahun ini, mencapai titik tertinggi dalam sejarah pasar modal di Indonesia. IHSG ditutup positif 22,877 pada level 753,693, dengan total transaksi sebesar Rp 1,99 triliun.

Kenaikan tajam itu yang mengantarkan IHSG menembus level tertinggi sepanjang sejarah 6,5 tahun lalu, tepatnya pada 10 Juli 1997 pada posisi 740,83.

Mengikuti jejak IHSG, indeks turunan seperti LQ-45 dan Jakarta Islamic Index (JII) juga menuai kenaikan tajam. Indeks LQ-45 naik tajam sebesar 4,100 poin (2.53 persen) ke level 166,043. Sementara indeks JII naik 3,002 poin (2,40 persen) ke level 128,313.

Perdagangan hari ini berlangsung dalam tempo sangat cepat. Selama 5 jam perdagangan tercatat terjadi 30.615 transaksi dengan nilai kapital dihimpun mencapai Rp 1,994 triliun dan saham berpindah tangan mencapai 3,722 miliar lembar.

Pelaku pasar sangat giat memburu saham, tidak hanya pada saham papan atas, tapi juga saham lapis dua dan lapis tiga. Aksi beli yang sangat tinggi membuat sebagian besar saham yang diperdagangkan menuai kenaikan harga signifikan.

Muhammad Zamrony, praktisi pasar modal PT Andalah Artha Advisindo Securities Semarang mengungkapkan prediksi pengamat yang mengatakan kenaikan IHSG setelah dibuka Presiden Megawati hanya kenaikan semu, ternyata tidak terbukti.

”Indek yang sehari sebelumnya mengalami kenaikan drastis, lalu mengalami penurunan pada hari berikutnya adalah wajar. Kondisi itu terjadi, karena ada aksi profit taking yang dilakukan para pelaku pasar,” tuturnya, kemarin petang.

Menurut dia, pengaruh sentimen positif bursa regional masih menjadi faktor utama terus menguatnya IHSG. Meski selalu tertekan dengan aksi profit taking. Selama sepekan ini, IHSG telah mengalami penguatan efektif hingga 6,98 persen.

Di samping itu, kata Zamrony masih diburunya saham-saham yang ada di perdagangan BEJ oleh investor asing, juga mempengaruhi penguatan tersebut. Sebab dari data yang ada, Indonesia masih menjadi pilihan kedua investasi pemilik modal asing di Asia Tenggara, setelah Thailand.

Kenaikan yang terjadi selama sepekan ini, papar dia sebenarnya di luar perkiraan para pelaku pasar domestik. Karena mereka umumnya masih menunggu situasi politik yang terjadi di dalam negeri, menjelang pemilu.

Lebih lanjut Zamrony mengatakan, pengaruh sentimen positif yang dilakukan Fund Manager Portofolio dengan melakukan pembelian kolektif terhadap sejumlah saham tertentu, ikut mempengaruhi menguatnya saham.

Dia memprediksi untuk perdagangan minggu depan, indek masih akan mengalami penguatan, meski akan diselingi dengan aksi ambil untung para pelaku pasar. Hal itu terjadi karena IHSG memang sudah pada area overbough, yang memungkinkan terjadinya aksi ambil untung. Adapun saham-saham yang mengalami kenaikan di antaranya, saham BCA naik 175 poin menjadi Rp 3.725, Bank Mandiri naik 125 poin menjadi Rp 1.250, dan HM Sampoerna naik 325 poin menjadi Rp 4.925.

Kemudian saham BBRI naik 125 poin menjadi Rp 1.525, Telkom naik 100 poin menjadi Rp 7.600, BBNI naik 50 poin menjadi Rp 1.300, dan Gudang Garam naik 500 poin menjadi Rp 14.700.

Optimisme Pasar

Tingginya minat beli, kata analis salah satu perusahaan sekuritas di Jakarta, didorong membaiknya pasar saham regional dan global. “Mereka menilai, saat ini momentum yang tepat untuk memperbaiki portofolio yang dimilikinya. Optimisme pasar terhadap perkembangan ekonomi Indonesia, juga menjadi alasan bagi investor untuk berburu saham-saham yang secara teknis memang masih tergolong under value,” ujarnya.

Ia memperkirakan IHSG masih mampu berapresiasi lagi, apabila mometum stabilitas ekonomi, keseimbangan fiskal dan moneter dapat dipertahankan. Membaiknya nilai rupiah, juga menyumbang andil cukup besar bagi apresiasi saham hari ini. “Rupiah yang stabil, sudah pasti akan mendukung penguatan ini, karena tidak ada investor yang ingin mengalami kerugian kurs,” ujarnya.

Namun demikian, dia menyatakan terlalu berlebihan jika ada ekspektasi IHSG bakal tembus ke level 800-an dalam waktu dekat. “Bukan tidak mungkin, tapi itu terlalu berlebihan. Jika dalam beberapa pekan ke depan level ini dipertahankan, itu sudah cukup bagus,” ujarnya.

Dirut BEJ Erry Firmansyah menilai hingga saat ini sebagian besar saham yang diperdagangkan di BEJ, masih belum mencerminkan harga yang sebenarnya. “Harga saham masih under value, jadi harusnya masih terdapat ruang yang cukup luas untuk berapresiasi.” (H2,ant-64)

Post a Comment

Leave a Reply